Ke Pameran Seni

November 22, 2017






Yakin deh pasti sering banget kan denger kata Biennale apalagi yang anaknya suka dateng ke acara pameran-pameran seni. Berdasarkan sumber-sumber yang ku baca di internet hahaha (mulai sok teu) Biennale itu bahasa Italia kalau diartikan secara bahasa artinya setiap tahun lainnya. Sebetulnya istilah Biennale dipakai di acara apapun setiap dua tahun namun karena suatu acara yaitu Biennale Venesia tahun 1895, kata-kata Biennale jadi digunakan dalam dunia seni khususnya pameran seni kontemporer internasional skala besar. Di Indonesia juga ada Biennale loh untuk tahun 2017 ini ada di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang Makassar dan Jambi yang setiap daerahnya punya sejarah Biennale nya masing-masing.



Kalau berdasarkan tulisan dari https://www.academia.edu/12050775/BIENNALE jadi Biennale tertua di Indonesia sudah berlangsung sejak 1970-an yaitu Jakarta Biennale yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta.  Biennale ini bertajuk ‘Pameran Seni Lukis Indonesia’ (1974). Sebutan itu berangsur-angsur berubah menjadi ‘Pameran Besar Seni Lukis Indonesia’ (1976, 1978, 1980), kemudian berubah jadi ‘Pameran Biennale’ (1982) dan ‘Biennale’ (1984, 1987, 1989, 1993, 1996, 1998, 2006,  2009, dst). Sekarang Dewan Kesenian Jakarta digantikan perannya dengan dibentuknya Yayasan Jakarta Biennale sehingga dapat mengembalikan tugas DKJ sesuai saat awal dibentuk yaitu sebagai mitra Gubernur Jakarta untuk merumuskan kebijakan kesenian di wilayah Jakarta. Dari website jakartabiennale.net YJB terdiri dari 3 program utama yaitu Jakarta Biennale setiap dua tahun sekali, Curators Lab; tempat bertemunya kurator Indonesia dengan kurator expert (kurator: pekerja seni yang memilih dan mengurus objek museum atau karya seni yang dipamerkan) dan Program Edukasi Publik; pendidikan seni untuk publik melalui diskusi, smposium, lokakarya dan penerbitan buku.

Awalnya setiap dateng ke pameran seni aku selalu dilematis haha. Mau ngapain disana emangnya bakalan ngerti karena aku baca keterangan di setiap karya seni dan ngga pernah ngerti karena aku aja yang telmi atau males mikir banyak. Duh. Kemarin saat dateng ke Jakarta Biennale: Jiwa aku sempet juga terdiam di depan sebuah video di salah satu instalasi pameran, aku amati dan tiba-tiba nyeletuk “ini apa maksudnya”. Lalu temenku bilang katanya seni itu bukan untuk dipahami tapi untuk dinikmati. Berkesan banget. Semenjak dia bilang itu aku tiba-tiba aja jadi bisa menikmati apapun karya di pameran itu dan stop questioning what did they make this, what’s this? Itu semua terlepas dari aku sendiri yang telmi padahal kalau mau baca dan mencoba memahami pasti bisa cuma kadang mudah terdistraksi pengen buru-buru lihat karya yang lain hahah no excuse please....

Kadang bikin ngga nyaman tiap ada orang sarkas apalagi di sosial media “dateng ke pameran seni kaya ngerti aja” “ah paling selfi doang” “fotoin aku dong disini disitu”.  Bukan karena merasa i am one of them yang foto-foto doang lalu pembelaan tapi aku yakin aja segimananya niat orang kesitu buat foto doang, dia pasti melihat dan menjadikan karya seni itu sebagai objek yang dia pilih untuk berfoto bukankah itu adalah bentuk apresiasi juga? Pasti di dalam otak mereka bilang “wah bagus juga ini”. Ketimbang sinisin orang doang yang dateng ke pameran seni itu lebih bad thing menurutku , effort buat dateng aja ngga.

Loh kok emosi jiwa haha. 

Ini beberapa foto-foto yang aku ambil di Jakarta Biennale di Gudang Sarinah kemaren (i wish i could get extra money from anywhere (asal halal) to buy a proper camera. Aamiin!)






Foto ini tuh ya.......... Bikin malu aja hahaha




Bersama Daur Bunga

November 19, 2017


Niat menggunakan weekend dengan bijak; exploring Jakarta dan berkegiatan valuable akhirnya di implementasikan mendaftar sebagai volunter rangkai Daur Bunga dengan mengisi beberapa kolom pertanyaan di Indorelawan ternyata di accept untuk ikut.

Berbekal ke-sotoy-an ku dalam bercerita selama ini jadi ngisinya selalu kaya lagi cerita haha. Bahwa aku sudah lama kepo Daur Bunga dan suatu hari jika berdomisili di Jakarta aku harus ikut kegiatannya. Kurang lebih begitu inti motivasi ku ini.

Waktu itu hari Minggu, aku dateng ke lokasinya dari rumah bude di Depok karena abis sleepover. Asik. Meleleh bukan karena disenyumin orang ganteng tapi lebih ke denotasi: karena panas banget, jam 10.00 – 12.00 perjalanan dari Depok lalu shalat dhuhur di mushola stasiun Tanah Abang lanjut naik gojek. Sebelumnya emang agak kesalahan sih karena ngga begitu kroscek tentang detail kegiatan dan sasaran yang mau dihibur haha yang ku tau ya merangkai bunga, berinteraksi, bercengkrama dengan orang-orang yang membutuhkan untuk sekedar dihibur dan ditemani. Jadi sebelumnya aku hanya tau alamatnya yaitu di daerah belakang RS Jantung Harapan Kita Jakarta Timur, tidak tahu kalo ternyata alamat yang dituju adalah Rumah Singgah. Ketika sampai, ya namanya Rumah Singgah pasti rame. Lalu aku permisi permisi sambil senyum dan nunduk khas orang bingung dan masuk aja setelah minta izin. Terus aku duduk, memperhatikan sekeliling belom ada orang pake baju putih karena dresscode para volunter adalah putih.

Di ruangan itu ada banyak kasur, satu tv dan lemari serta orang-orang berbagai usia lagi duduk-duduk aja nonton tv dan bercanda. (masih belum ngeh itu rumah singgah). Piye to. Lanjut. Aku duduk aja disitu dan mereka ngga ada dong yang nanyain aku siapa haha apakah aku sudah terkenal haha (siapa kamu?!). Yaudah aku sok akrab aja kenalan, ikut becanda, nimbrung obrolan atau sekedar ikut ketawa-ketawa aja haha.

Lalu beberapa menit kemudian, aku baru sadar ada macem-macem sign bahwa terjadi sesuatu dengan kesehatan mereka. Aku berkenalan dengan mereka dan akhirnya aku konfirmasi kebenaran lokasi ini ke mbak-mbak apakah ini untuk kegiatan Daur Bunga, katanya iya dan nama mbak itu Mbak Ayu.  Lalu barulah sadar itu Rumah Singgah. Begimaneh?!.

Akhirnya ada lagi yang dateng pake baju putih yey senang. Terus abis itu berdatangan deh volunter-volunter lain sekalian bawa bunga hasil petikan di malam harinya. Jadi, Daur Bunga itu kegiatan merangkai bunga dengan menggunakan bunga yang sudah tidak terpakai lagi sehabis suatu acara entah itu pernikahan, pesta ulang tahun atau apapun yang pakai bunga beneran tapi abis acara selesai nggak kepake lagi. Lalu, di kumpulin sama tim petik untuk besoknya di rangkai kembali bersama orang-orang yang membutuhkan hiburan dan kegiatan kreatif dengan merangkai bunga. Katanya, dulu pernah juga kegiatannya di lapas. Jadi orang-orang di lapas setidaknya mendapat hiburan. Simpel tapi ini valuable! Salut sih.

Bunga-bunganya masih seger bugar sayang kan kalau dibuang begitu saja.

Ketika semua volunter dan bunganya udah dateng suasana jadi riuh aja haha semua orang excited dengan bunga-bunga “ini asli ya” “ wah buat apa ini” “ini namanya bunga apa”. 
Pertanyaan terakhir, jadi pertanyaan yang selalu ada setelah opening. Karena lewat opening pertanyaan satu dan dua udah kejawab tapi sepanjang merangkai pertanyaan “ini namanya bunga apa” terus-terusan ada dan kita yang sama-sama ngga tau jadi sama-sama tebak-tebakan atau nanya orang lain yang kayanya tau hahaha kocak lah.

Lain kali meskipun rangkai bunga maksdunya sebagai media untuk bisa berinteraksi dan berbagi sedikit beban dengan bercerita, setidaknya aku juga ada bekal tau sedikit tentang nama-nama bunga siapa tau besok-besok jadi florist sampe perancis haha kenapa....

Rasanya senang sekali, acara selesai sampai sore banget. Cari gojek buat pulang lama banget datengnya ternyata motornya mogok katanya tunggu sebentar ya mbak. Lalu menit berikutnya yang tidak sebentar akhirnya “cancel aja mbak” dan Alhamdulillah dapet motor dan driver lain yang normal lalu aku pulang dengan senyum-senyum karena Daur Bunga.
Kalau kalian punya acara pakai bunga-bunga langsung saja kontak Daur Bunga di instagram @daurbunga oke ya!