Yakin deh pasti sering banget kan
denger kata Biennale apalagi yang anaknya suka dateng ke acara pameran-pameran
seni. Berdasarkan sumber-sumber yang ku baca di internet hahaha (mulai sok teu)
Biennale itu bahasa Italia kalau diartikan secara bahasa artinya setiap tahun
lainnya. Sebetulnya istilah Biennale dipakai di acara apapun setiap dua tahun
namun karena suatu acara yaitu Biennale Venesia tahun 1895, kata-kata Biennale
jadi digunakan dalam dunia seni khususnya pameran seni kontemporer
internasional skala besar. Di Indonesia juga ada Biennale
loh untuk tahun 2017 ini ada di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang Makassar dan
Jambi yang setiap daerahnya punya sejarah Biennale nya masing-masing.
Kalau berdasarkan tulisan dari https://www.academia.edu/12050775/BIENNALE
jadi Biennale tertua di Indonesia sudah berlangsung sejak 1970-an yaitu
Jakarta Biennale yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Biennale ini bertajuk ‘Pameran Seni Lukis
Indonesia’ (1974). Sebutan itu berangsur-angsur berubah menjadi ‘Pameran Besar
Seni Lukis Indonesia’ (1976, 1978, 1980), kemudian berubah jadi ‘Pameran
Biennale’ (1982) dan ‘Biennale’ (1984, 1987, 1989, 1993, 1996, 1998, 2006, 2009, dst). Sekarang Dewan Kesenian Jakarta
digantikan perannya dengan dibentuknya Yayasan Jakarta Biennale sehingga dapat
mengembalikan tugas DKJ sesuai saat awal dibentuk yaitu sebagai mitra Gubernur
Jakarta untuk merumuskan kebijakan kesenian di wilayah Jakarta. Dari website
jakartabiennale.net YJB terdiri dari 3 program utama yaitu Jakarta Biennale
setiap dua tahun sekali, Curators Lab; tempat bertemunya kurator Indonesia dengan
kurator expert (kurator: pekerja seni yang memilih dan mengurus objek museum atau karya
seni yang dipamerkan) dan Program Edukasi Publik; pendidikan seni untuk
publik melalui diskusi, smposium, lokakarya dan penerbitan buku.
Awalnya setiap dateng ke pameran
seni aku selalu dilematis haha. Mau ngapain disana emangnya bakalan ngerti karena
aku baca keterangan di setiap karya seni dan ngga pernah ngerti karena aku aja
yang telmi atau males mikir banyak. Duh. Kemarin saat dateng ke Jakarta Biennale: Jiwa aku sempet juga terdiam
di depan sebuah video di salah satu instalasi pameran, aku amati dan tiba-tiba
nyeletuk “ini apa maksudnya”. Lalu
temenku bilang katanya seni itu bukan untuk dipahami tapi untuk dinikmati. Berkesan
banget. Semenjak dia bilang itu aku tiba-tiba aja jadi bisa menikmati apapun
karya di pameran itu dan stop questioning what
did they make this, what’s this? Itu semua terlepas dari aku sendiri
yang telmi padahal kalau mau baca dan mencoba memahami pasti bisa cuma kadang
mudah terdistraksi pengen buru-buru lihat karya yang lain hahah no excuse please....
Kadang bikin ngga nyaman tiap ada orang sarkas apalagi di sosial media “dateng ke pameran seni kaya ngerti aja” “ah paling selfi doang” “fotoin aku dong disini disitu”. Bukan karena merasa i am one of them yang foto-foto doang lalu pembelaan tapi aku yakin aja segimananya niat orang kesitu buat foto doang, dia pasti melihat dan menjadikan karya seni itu sebagai objek yang dia pilih untuk berfoto bukankah itu adalah bentuk apresiasi juga? Pasti di dalam otak mereka bilang “wah bagus juga ini”. Ketimbang sinisin orang doang yang dateng ke pameran seni itu lebih bad thing menurutku , effort buat dateng aja ngga.
Loh kok emosi jiwa haha.
Ini beberapa foto-foto yang aku ambil di Jakarta Biennale di Gudang
Sarinah kemaren (i wish i could get extra money from anywhere (asal halal) to buy a
proper camera. Aamiin!)
Foto ini tuh ya.......... Bikin malu aja hahaha |