Teman Tuli dan Bahasa Isyarat

April 14, 2019

Hari ini aku mengikuti kelas bahasa isyarat. Alasan ikut karena belum pernah aja.
Kita belajar bahasa isyarat tentang huruf abjad, angka, percakapan sehari-hari, ucapan selamat pagi-malam, kata kerja, binatang sampai warna. Oh iya kita juga main tebak kalimat yang berantai gitulooh. Seru banget, semoga aku inget terus yang diajarkan.

Beberapa hal yang perlu kita ketahui adalah:
- Mereka lebih nyaman disebut sebagai Teman Tuli bukan Tuna Rungu
- Bahasa isyarat tiap daerah berbeda
- Jangan pernah tanya "kamu ga bisa ngomong ya? tapi " kamu berkomunikasi dengan cara apa?"
- Gerakan mulut yang jelas, tatapan mata dan ekspresi sangat membantu untuk saling berkomunikasi dengan mereka


Di akhir, ada seorang teman tuli yang presentasi. Hati aku selalu luluh, sadar betapa indahnya segala sesuatu yang Tuhan beri kepada kita semua umatnya. Segalanya terlihat jadi indah. Adanya teman tuli dan kita yang tidak memiliki keterbatasan fisik pun terlihat begitu indah karena saling melengkapi. Keterbatasannya pun hanya sebatas jadi suatu kata aja, yang nyatanya keterbatasan bukanlah hambatan. Tuhan beri akal agar semuanya bisa berkomunikasi lewat banyak cara, lewat adanya bahasa isyarat, tatapan mata, gerakan mulut, hingga ekspresi. 

April 04, 2019


express if you care to those who are important to you, no need to be ashamed of

Begini...

April 03, 2019

Sebetulnya nggak tau mau nulis apa, yasudah kita lanjut saja ya kemana jari ini akan ngoceh hehe. Ah aku tau! (setelah menatap kosong)

Jadi gini, suatu hari temanku nyeletuk "gua takut deh kalo nikah nanti akan tinggal dimana, rumah sekarang harganya mahal-mahal". Mendengarnya aku agak terkejut terheran-heran.
Katanya, menjadi dewasa itu mampu menganggap hal baru adalah sesuatu yang exciting dan pasti ada solusinya meski terkadang berat. Kalau boleh pilih, nggak mau deh harus make a big decision. Tapi, adulthood is a part of life and you will not be able to escape. Jadi hadapi. Wedeh. 

Oke kita lihat contoh lain dengan case yang serupa. 

Temanku yang lain berencana menikah dalam waktu dekat. Saat kutanya nanti akan tinggal dimana? "Oh iya aku udah survey beberapa kosan pasutri sih rencananya mau ngekos" That sounds like nothing is hard in this world, right? 

Terkadang kita emang perlu membuka diri untuk sekedar ngobrol sama macem-macem orang. Terkadang dari kisah-kisahnya kita juga jadi belajar. 

The idea of marriage is really something wonderfull. Dua orang bisa mengimbangi "keanehan" kita, mau untuk saling deal dengan kekurangan  masing-masing, oh iya nggak cuma pribadi pasangannya, tapi juga a whole her/his family. Aku nggak banyak punya teman dari yang usianya lebih tua sih jujur haha ansos. Jadi baru akhir-akhir ini undangan berdatangan dari teman-teman yang seumuran. Setiap mendengar berita pernikahan, point of view ku jadi melankolis, jadi super happy banget meski mereka kadang bukan teman dekatku. Oh sekaligus wondering sendiri how does it feel to meet the one? Pasti saling nyambung banget ya, soalnya mau ngapain lagi sampai tua kalo nggak ngobrol, cari solusi dan diskusi banyak hal.

Lalu inti dari tulisan ini apa ya? 
Hehe nggak ada, ya pokoknya semua ada solusinya. Asal jagoan komunikasinya, mau saling mendengarkan, mengerti dan kompromi. Aduh tua banget omongan ku.